OBAT PENYAKIT SIFILIS UNTUK PARA IBU HAMIL
Anda suka berganti-ganti pasangan dalam hubungan seksual? Apakah anda percaya dengan kesehatan para pasangan anda tersebut? inilah yang menjadi tren di jaman modern ini. Semakin banyak budaya yang tidak wajar terbentuk hanya sebagai pelampiasan nafsu belaka. seks bebas sangat beresiko tinggi dengan penyakit-penyakit menular. Bakteri-bakteri yang hidup di daerah kelamin setiap pasangan akan bertukar seiring banyaknya hubungan seksual. Selain HIV AIDS, virus ganas yang belum ditemukan obatnya. Penyakit sifilis pun mengintai anda. walaupun obat penyakit sifilis sudah ditemukan bukan berarti anda bisa menghela nafas lega. Penyakit ini sama seperti tumor yang setiap waktu akan menjalar ke semua tubuh anda khususnya kulit. Triponema pallidin adalah bakteri penyebab penyakit sifilis yang menular akibat perilaku seks yang tidak wajar. Hubungan seksual seperti anal, oral ataupun homoseks sangat rentan dengan penyakit ini. Ibu yang sedang hamil pun bisa terjangkiti penyakit sifilis hingga mengancam keselamatan bayi. Ya, yang sangat mengkhawatirkan adalah kasus dimana ibu hamil menjadi korban penyakit ini.
Ibu yang hamil harus memberikan nutrisi dan gizi yang tepat. Namun apakah yang terjadi jika ibu hamil penderita sifilis harus meminum obat. Anda bisa membayangkan bagaimana nasib janin jika ibu hamil tersebut diwajibkan untuk meminum obat terus menerus. Oleh karena itu, di kesempatan ini akan diberikan gambaran bagaimanakah pemberian obat penyakit sifilis kepada ibu hamil.
Jika melihat pada fase gejala penyakit sifilis semakin jauh tidak ada perawatan dini maka kemungkinan besar janin anda akan tertular. Terhitung pada fase primer, kemungkinan penularan adalah 50%. Di fase berikutnya yaitu fase sekunder terhitung 50% penularan akan terjadi pada bayi. Fase terakhir, fase latensi hanya terhitung 10% untuk resiko penularan pada bayi. Jika diagnosa dan perawatan dini tidak dilakukan penderita sifilis akan mengalami abortus spontan, gangguan pertumbuhan pada janin, bahkan kematian pada bayi saat lahir. Diagnosa awal sangat baik agar perencanaan kehamilan anda tidak terganggu dan penularan pun bisa dicegah. Tes seperti VDRL dan TPHA bisa dilakukan saat 16 minggu pertama kehamilan. Untuk obat penyakit sifilis pada ibu hamil di fase primer dan sekunder bisa diberikan antibiotik dengan dosis biasa, namun apabila terjadi alergi beberapa antibiotik alternatif bisa digunakan.
Perawatan selanjutnya setelah pemberian antibiotik adalah perawatan khusus yaitu menangani reaksi Jarisch-Herxheimer yang sering menjangkiti para ibu hamil. Suntikan antibiotik pertama biasanya memunculkan reaksi ini. Biasanya gejala seperti lemas, demam, detak jantung kencang terjadi. Gejala yang jelas terjadi adalah kulit yang ruam menjadi mengeras atau menjadi jelas. Resiko yang diakibatkan oleh gejala ini bisa saja kontraksi yang bertambah dan memberikan rangsangan persalinan lebih besar. Pengawasan lebih pada kontraksi dan keadaan janin sangat diperlukan setelah penyuntikan antibiotik. Tes VDRL lebih lanjut pada 1, 3, 6 hingga 12 bulan setelah pengobatan primer dan sekunder untuk menentukan pemberian obat penyakit sifilis selanjutnya. Apabila ditemukan kelainan penyakit jantung akibat sifilis mengharuskan penderita menjalani tes sifilis seumur hidup. Namun, hasil yang memuaskan pada 2 tahun terapi bisa dinyatakan sembuh.
Itulah sekiranya gambaran pengobatan penyakit sifilis pada ibu hamil. Selalu ingat bahwa penyakit sifilis adalah penyakit yang berbahaya dan menular. Pemilihan obat penyakit sifilis dan perawatan dini yang sesuai akan mempercepat penyembuhan dan mengurangi dampak kerusakan akibat penyakit ini. Semoga informasi ini bisa mencerahkan anda dan bisa menjauhi anda dari penyebab-penyebab penyakit sifilis.